source_sentence
stringlengths
1
531
target_sentence
stringlengths
1
482
Pabisik Ni Sangit Bayan, Ni Bayan Sangit berbisik-bisik, Nginte Ngemban pakisi, Nginte Ngemban berbisik-bisik, sakatahing panyeroan, semua pelayan wanita.
Ni Bayan Sangit berbisik-bisik, Nginte Ngemban berbisik-bisik, semua pelayan wanita.
pakrimik makumpul-kumpul, berbisik berkumpul-kumpul, pada milu atine pusang, hatinya ikut tergoda.
berbisik berkumpul-kumpul, hatinya ikut tergoda.
edan paling, gila asmara, mangenot I Pakang Raras, melihat I Pakang Raras.
gila asmara, melihat I Pakang Raras.
Tan kocap Ni Sangit Bayan, Tak diceritakan Ni Bayan Sangit, I Pakang Raras kawarni, I Pakang Raras yang diceritakan, suba sanja surup surya, sudah sore matahari terbenam.
Tak diceritakan Ni Bayan Sangit, I Pakang Raras yang diceritakan, sudah sore matahari terbenam.
mapamit ring Raden Galuh, mohon diri kepada Raden Galuh, Raden Dewi mangandika, Tuan Putri berkata, Jalan cai! Berangkatlah kau! I Pakang Raras ya budal. I Pakang Raras lalu pulang.
mohon diri kepada Raden Galuh, Tuan Putri berkata, Berangkatlah kau! I Pakang Raras lalu pulang.
Satekane ring pamreman, Setibanya di tempat tidur, kocap Ida Rden Dewi, diceritakan Tuan Putri, dijero ida mamaos, di istana beliau membaca, swarane amanis nyunyur, suaranya manis halus, 14a. kadi sundari anginan, bagaikan buluh perindu ditiup angin, mangrerengin, merayu-rayu, kapireng antuk Rahadyan. didengar oleh Sang Pangeran.
Setibanya di tempat tidur, diceritakan Tuan Putri, di istana beliau membaca, suaranya manis halus, bagaikan buluh perindu ditiup angin, merayu-rayu, didengar oleh Sang Pangeran.
Ibuk manah di pamreman, Hatinya gelisah di tempat tidur, mireng swaran Raden Dewi, mendengar suara Raden Dewi, malinggih mananeng bengong, duduk lesu termenung.
Hatinya gelisah di tempat tidur, mendengar suara Raden Dewi, duduk lesu termenung.
pangangene ring Twan Galuh, pikirannya pada Tuan Galuh, tan sah magantung ring selalu terbayang dalam hati, manah, suka mati, lebih baik mati.
pikirannya pada Tuan Galuh, selalu terbayang dalam hati, lebih baik mati.
dyapin tiba maring kawah. walaupun masuk neraka.
walaupun masuk neraka.
Metu pangandika ngarang, Terlontarlah perkataan risau, Ratu sang maniking puri, Tuan Putri permata istana, suka I Ratu manonton, tegalah Tuanku melihat, angde tityang lunglungan andra,
Terlontarlah perkataan risau, Tuan Putri permata istana, tegalah Tuanku melihat.
angde tityang lunglungan andaikan hamba sisa-sisa gadung, pohon gadung, tumbuh di sasih Katiga, yang tumbuh pada bulan September, kapanesin, tertimpa panas, bwin pidan sih ada ujan? kapankah turun hujan?
andaikan hamba sisa-sisa pohon gadung, yang tumbuh pada bulan September, tertimpa panas, kapankah turun hujan?
Tan kocap reke Rahadyan, Tak terceritakan Sang Pangeran, kacarita Raden Dewi, diceritakan Raden Dewi, bengong-bengong kesyab-kesyab, termangu-mangu dan tersentak-sentak.
Tak terceritakan Sang Pangeran, diceritakan Raden Dewi, termangu-mangu dan tersentak-sentak.
I Pakang Raras kawarni
I Pakang Raras yang diceritakan
suba sanja surup surya
sudah sore matahari terbenam
mapamit ring Raden Galuh
mohon diri kepada Raden Galuh
Raden Dewi mangandika
Tuan Putri berkata
"Jalan cai!"
"Berangkatlah kau!"
I Pakang Raras ya budal.
I Pakang Raras lalu pulang.
Satekane ring pamreman
Setibanya di tempat tidur
kocap Ida Rden Dewi
diceritakan Tuan Putri
dijero ida mamaos
di istana beliau membaca
swarane amanis nyunyur
suaranya manis halus
kadi sundari anginan
bagaikan buluh perindu ditiup angin
kapireng antuk Rahadyan.
didengar oleh Sang Pangeran.
Ibuk manah di pamreman
Hatinya gelisah di tempat tidur
mireng swaran Raden Dewi
mendengar suara Raden Dewi
malinggih mananeng bengong
duduk lesu termenung
pangangene ring Tuan Galuh
pikirannya pada Tuan Galuh
suka mati
lebih baik mati
dyapin tiba maring kawah.
walaupun masuk neraka.
Ratu sang maniking puri
Tuan Putri permata istana
suka I Ratu manonton
tegalah Tuanku melihat
kapireng sinu I Ratu
didengar oleh Tuanku
"Boya sang maniking puri
"Tuan Putri permata istana
suka I Ratu manonton
tegalah Tuanku melihat
angde titian lunglungan gadung
andaikan hamba sisa-sisa pohon gadung
tumbuh di sasih katiga
yang tumbuh pada bulan September
kapanesin
tertimpa panas
bwin pidan sih ada ujan?"
kapankah turun hujan?"
Tan kocap reke Rahadyan
Tak terceritakan Sang Pangeran
kacarita Raden Dewi
diceritakan Raden Dewi
ring I Manik
dengan juwita
dengan juwita,
walaupun terkapar di kuburan.
Lalu beliau bertukar kunyahan sirih
Lalu beliau bertukar kunyahan sirih
Lalu beliau bertukar kunyahan sirih
sama-sama menyerahkan dengan bibir
"Pergilah kamu keluar!"
Pangeran menjawab,
Pangeran menjawab,
"Hamba menurut perintah.
ba paka Pangeran menjawab,
"Hamba menurut perintah.
Setelah tiba di tempatnya
lalu menuju ke tempat tidur
ke tempatnya
lalu menuju ke tempat tidur
bersama dengan Raden Dewi
dayang-dayang itu heran
dengan Raden Dewi
dayang-dayang itu heran
dayang itu heran
melihat Raden Galuh
termenung
ingat terhadap Raden Galuh
semua orang istana
rupanya tidak kalah
semua orang istana
dengan wajah Raden Galuh
gelis sumaur
Pangeran menjawab
Pangeran menjawab,
"Sandika tityang
sampun tatas galang tanah.
sudah pagi sekali.
Lalu bertanya
tanya kamu
"Di mana kamu
mana kamu
Rahadyan menjawab pelan
"Saya jawab diperintah
Sumaur ida Rahadyan
Pangeran menjawab
"Baiklah,
saya masih cuci muka.
Berangkat
memberi tahu
beri tahu pelayan
menyampaikan
kemudian berkata
"Cai ajalana
"Apakah kau menerimanya?
apa jawabmu?
"Iyalah
"Baiklah
Mereka berkata
"Hamba mengantarkan
"Yakni dari
are tempat
Pangeran yang berkata
Pangeran berkata
dan berkata dan menyembah
rapat
menyembah
dan berkata
Pangeran berkata dengan seru
Pangeran berkata
berkata
"Cai ajalana dien
"Hingga orang dari barat!
orang dari barat!
berkata: "Kamu minta bertemu saya
ingin bertemu belia
"Belum selesai mengisi minuman."
minuman belum diisi.
mereka bertukar kunyahan sirih
mereka bertukar kunyahan sirih
Inggih Paduka Sang Nata
Benar Tuanku Raja
tembe mangkin
baru kali ini
tityang tangkil ring I Dewa.
hamba menghadap Tuanku.
Sang Prabu ngandika natasang
Raja berkata mengusut
Uli dija mulan cai?
Dari mana asalmu?
Wangsa caine tuturang!
Ceritakan kastamu!
Rahadyan matur anembah
Pangeran berkata dan menyembah
Matur sisip
Mohon maaf
tan wenten tityang uninga.
hamba tidak tahu.
Sri Bupati
Baginda raja
malih ida mangandika
bersabda pula
Jani apa kemanira
Sekarang ada kehendakku
mamunyi tekening cai
berkata denganmu
nira nunden cai luas
aku menyuruh kamu pergi
ne jani majalan kauh
sekarang pergi ke barat
ka negara Pajarakan
ke daerah Pajarakan
manatasin
memeriksa
kreta pangraose rusak.
keamanan dikabarkan terganggu.
Ajak caisuba ada
Yang kamu ajak sudah ada
Demung Patih bareng cai
Demung Patih bersamamu